Senin, 18 Juli 2011

Lawu untuk kedua kalinya

Setiap terbangun di pagi hari setelah melakukan perjalanan selalu menyisakan tubuh yang gemetar pegal. Lelah memang,,kulit terbakar memang,, tapi selalu ada kenangan yang tidak dapat dikatakan.  Saya jatuh cinta lagi untuk yang kedua kali nya di gunung. Jatuh cinta dengan tiap lekuk perjalanan. Perjalanan kali ini dimulai dengan segala rencana yang gagal dilaksanakan. Rencana awal kami berangkat ke semeru pada tanggal 8 juli ini, tetapi rencana kemudian bergeser ke pendakian slamet di karenakan semeru yang sedang bergejolak dan SP(semester pendek) yang yah sulit ditinggalkan(mengutip kata2 senior 'Kacak': kuliah diibaratkan juara satu,, berkegiatan itu juara umum).

Setelah pendakian dialihkan ke slamet,,ternyata peminatnya berkurang lebih dari setengah peminat ke semeru..Sedih memang bila perjalanan ke slamet pun juga gagal, padahal saya sudah ingin melepas kepenatan kota, berlari ke alam, mendaki, memanjat, bereksperimen masak, tidur di tenda, bercengkrama, kedinginan, kepleset atau lainnya yang hanya mungkin saya rasakan bila melakukan pendakian. Dan ternyata pendakian slamet pun gagal. Karena peminatnya hanya saya, Devi, dan Hengky.
Kembali lagi saya harus melakukan rutinitas yang sama tiap minggu nya.

Fortunately, tercetus kembali asa untuk pendakian. Kali ini lawu yang menjadi tujuannya. Perjalanan ke lawu (15Juli) dimulai dengan di bagi nya dua kelompok perjalanan, yang berangkat siang dengan transportasi umum dan yang berangkat sore dengan mobil. Saya ikut perjalanan sore. Pukul 16.30 kami berangkat dari jogja menuju basecamp lawu. Sempat mampir ke GALABO tuk makan garang asem.

Menginjakkan kaki di gerbang cemoro kandang, membuat kenangan akan perjalanan lawu sebelum nya terlintas kembali. Ya.. lawu untuk kedua kali nya. Lawu memang gunung terdingin yang pernah saya rasakan. Ngecamp di mushola basecamp dengan selimut SB dan pelukan teman masih saja membuat saya kedinginan. Saya pun tidak bisa tidur nyenyak dan hal itu ternyata juga dirasakan oleh yang lainnya. (Hal penting disini, kalau mau tidur nyenyak di lawu, pakai jaket berlapis, kaos kaki tebal, sarung tangan, SB, dan berdesakan saja).

Keesokkan pagi nya, kami mencari sarapan, makan, dan memulai perjalanan. Tanjakan, turunan, potong jalan, nerobos sana sini, perlahan-lahan kami melangkah menuju pos 1, pos 2, pos 3, dan pos 4(ini bukan pos terakhir lo, hanya saja kami butuh ngecamp disini untuk semalam sebelum memulai lagi perjalanan menuju puncak lawu).

Pagi berikutnya kami pun melangkahkan kaki lagi tanpa beban dipundak(red. tas carrier). Sedikit lega karena kebaikkan hati Hengky dan Kacak yang rela menunggu di pos 4 sehingga tas kami pun bisa dititipkan disana. Memang rencana awal kami naik melalui cemoro kandang dan turun melalui jalur cemoro sewu(seperti pendakian lawu sebelumnya) tetapi akhirnya berubah menjadi naik cemoro kandang turun pun cemoro kandang. Itu sebuah putusan yang tepat mengingat sepertinya saya sendiri mungkin tidak akan kuat bila tetap membawa carrier dengan tenda didalamnya.(tiba-tiba salut dengan kalian para laki-laki).

Menapaki jalan yang berliku perlahan-lahan dengan berbagai celotehan. Nikmatnya perjalanan. Sampailah kami di puncak. Puncak lawu yang berbeda dari sebelumnya. Puncak lawu yang padat dengan berbagai orang dan tugu yang sudah diperbaiki sehingga sedikit menjulang. Kami pun melakukan ritual seperti biasa. Membuat lingkaran dengan saling berpegangan tangan, menyanyikan lagu 'Syukur' sebagai rasa syukur kami sudah berhasil sampai puncak.

Apa yang berbeda dari lawu yang sekarang dan yang sebelum nya?

keberangkatan
jalur
orang yang ikut
puncak dan tugunya

Jelas semua berbeda.
Tapi entah kenapa perbedaan yang membuat saya merasakan tiap gunung punya cerita adalah saat kami melingkarkan tangan, saat kami mengucap bait 'Dari yakin ku teguh...'. Dan saat kami mengakhiri dengan '...kehadiratMu Tuhan.'

Saya suka perjalanan. Meski nantinya hanya akan menyisakan rasa pegal dan kenangan.


n.b: perjalanan kali ini pun bersama PALMAE, dengan
Kacak, Hengky (makasih udah mw nemenin naik gunung lagi)
Devi, Dyah (partner perjalanan yang menyenangkan)
Jono, May (syukurlah wajib kalian lancar)
Eben (semangat ben,lawu untuk kedua kalinya)
Wucing (orang yang brisik klo mabok,,hehehe)
Aal(meski g ikut naik,,tp makasih tumpangannya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar